Selasa, 25 Juni 2013

BImbingan dan Penyuluhan

PROGRAM BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN Kegiatan penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan penyusunan program bibingan dan penyuluhan di sekolah adalah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survey untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah, serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan. Tahap persiapan penyusunan program ini mempunyai arti yang penting untuk menarik perhatian dan minat dalam kegiatan bimbingan dan prnyuluhan di sekolah, serta menentukan tolok ukur program bimbingan dan penyuluhan. Juga memelihara suasana psikologis yang menguntungkan, karena semua pihak terlibat di dalamnya untuk ikut serta secara aktif berpartisipasi sejak awal kegiatan dalam persiapan penyusunan program. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tahap persiapan adalah merupakan seperangkat kegiatan mengumpulkan berbagai hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program dan pengadaan kelengkapannya. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Program Bimbingan Program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membentu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut dua faktor, yaitu, (1) faktor pelaksana atau orang yang memberikan bimbingan dan (2) faktor-faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan. Program bimbingan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif. Rahman Natawidjaja dan Moh. Surya menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan, seperti: 1. Memungkinkan para petugas menghemat waktu usaha, biaya dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan 2. Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan 3. Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tetap 4. Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa yang dibimbingnya. Pendapat di atas menekankan perlunya rumusan program bimbingan yang jelas dan sistematik. Keberhasilan dalam merumuskan program yang demikian, merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. B. Penyususnan Program Bimbingan Dan Penyuluhan Dalam tahap penyusunan program hendaknya perlu diperhatikan beberapa pertimbangan, di antaranya: 1. penyusunan program hendaknya merumuskan masalah-masalah yang dihadapi oleh: a. Siswa baik yang berkenaan dengan masalah pribadi, emosional, hubungan sosial, keluarga, pendidikan, pilihan pekerjaan, jabatan dan karier b. Guru pembimbing, dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah, baik yang berkenaan dengan jelas jenis layanan, maupun proses pengelolaan dan penyuluhan di sekolah c. Kepala sekolah, dalam proses pengelolaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang berkaitan dengan program, organisasi, kepemimpinan maupun segi pembinaan. 2. Dalam penyusuna program bimbingan dan penyuluhan hendaknya dirumuskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai dalam menangani berbagai masalah, serta dirumuskan bentuk-bentuk kegiatan yang berkenaan dengan butir-butir dan sub butir rincian kegiatan, waktu pelaksanaan dan sasarannya 3. Dalam penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah hendaknya dirumuskan dan diinventarisasi berbagai fasilitas yang ada, termasuk di dalamnya personal bimbingan yang telah ada sebagai penopang pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, serta anggaran biaya yang dibutuhkan untuk memperlancar jalannya kegiatan dan penyuluhan di sekolah. C. Penyusunan variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan 1. Pendidikan Taman Kanak-Kanak Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk jenjang pendidikan formal dan lebih dikenal dengan pendidikan prasekolah, walaupun demikian, tenaga-tenaga pendidik di taman kanak-kanak juga dituntut untuk memberikan layanan bimbingan. Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak hendaknya ditekankan pada: a. Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam menjalin hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya b. Bimbigan pribadi, seperti pemupukan disiplin diri dan memahami perintah 2. Program bimbingan di Sekolah Dasar Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain mengatur kegiatan-kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab, dapat berbuat dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang deasa serta teman-teman sebayanya, mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan membentuk kata hati. Dalam melaksanakan konseling di sekolah perlu dilibatkan semua tenaga pendidik yang ada, terutama dalam hal pembentukan sikap. Layanan bentuan lebih banyak menggunakan jenis bimbingan kelompok, dan tenaga yang memegang kunci dalam kegiatan bimbingan itu adalah guru kelas. 3. Program bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLPT hendaknya berorientasi kepada: a. Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD b. Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih c. Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya, maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial d. Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun e. Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan ataupun pekerjaan 4. Program bimbingan di Sekolah Menengah Atas Program layanan bimbingan di SMA hendaknya lebih lengkap dan luas cakupannya dibandingkan dengan program layanan di jenjang pendidikan di bawahnya. Pada jenjang pendidikan SMA para siswa berada dalam masa remaja. Usia mereka berada pada masa transisi. Kehidupan kanak-kanaknya sudah ditinggalkan, namun kehidupan sebagai orang dewasa belum mapan. Dengan demikian mereka berada di daerah marginal, yaitu daerah kabur. Akibatnya mereka kehilangan identitas, dan berusaha mencari identitas kembali dengan berbagai cara dan gayanya. Di samping itu juga mereka dituntut untuk mencapai tugas-tugas perkembangan yang dituntut dari mereka. Beberapa tugas perkembangan pada usia remaja (siswa SMA) yaitu bertujuan untuk mencapai: a. Kematangan emosional b. Kemantapan minat terhadap lawan jenis c. Kematangan sosial d. Kebebasan diri dari control orang tua e. Kematangan intelektual f. Kematangan dalam pemilihan pekerjaan g. Efisiensi penggunaan waktu h. Kematangan dalam memahami falsafah hidup i. Kematangan dalam kemampuan mengidentifikasi diri Dengan demikian, program bimbingan dan konseling di SMA hendaknya dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut. Oleh sebab itu, program bimbingan di SMA hendaknya berorientasi pada: a. Hubungan muda-mudi/hubungan sosial b. Pemberian informasi pendidikan dan jabatan c. Bimbingan cara belajar 5. Program bimbingan di Perguruan Tinggi program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi pada: a. Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik b. Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi. D. Tahap-Tahap Implementasi Program Bimbingan 1. Tahap perkenalan tahap perkenalan dilakukan dengan sosialisasi program, dengan maksud untuk memperkenalkan program dan meminta dukungan pihak-pihak pelaksana yang terkait. Kegiatan ini bermaksud memenuhi prinsip bahwa seseorang bekerja lebih baik bila dilakukannya bersama orang lain. Jadi bukan hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban dan tugas sebagaimana yang tercantum dalam struktur organisasi. Di samping itu, guru pembimbing yang baik lebih mengutamakan segi-segi positif daripada segi-segi negatif. Ia menganggap bahwa semua orang sanggup memberi sumbangan, betapapun kecilnya. Ia selalu berusaha agar tidak mendesakkan keinginan, pikiran dan pendapatnya sendiri. Tahap ini dapat berhasil antara lain bila guru pembimbing melakukan usaha-usaha yang menyangkut kelengkapan administrasi, komunikasi dan manajemennya. Yang perlu dimasyarakatkan adalah segi-segi yang menyangkut isi satuan dan strategi serta taktik untuk mencapai tujuan, waktu pelayanan, serta pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian sehubungan dengan manajemen penanganan, pokok-pokok materi sosialiosasi: a. Satuan layanan dan kegiatan pendukung, yang berupa fungsi dan tujuan layanan serta hasil-hasil yang ingin dicapai b. Struktur keterlibatan personil pelaksana dan distribusi tugas c. Pengaturan waktu penanganan ada beberapa hambatan yang kemungkinan akan ditemui pada tahap ini, antara lain: a. Kelambatan dalam menyiapkan kelengkapan program dan masalah teknis b. Keengganan pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan c. Masalah komunikasi masalah teknis sering diungkapkan bila sesuatu tidak berjalan semestinya. Kelambatan dalam menyiapkan kelengkapan butuh waktu ekstra. Masalah kelengkapan tidak hanya menyangkut belum selesainya hal tersebut dibuat, tetapi juga pada keterlambatan penyediaan bahan, alat dan perlengkapan. Ini sering terjadi terutama karena begitu banyaknya hal yang perlu disiapkan. Akan tetapi, bila penelaahan kebutuhan dilaksanakan dengan baik, pengetasan kelengkapan ini telah dipikirkan jauh sebelumnya. Meskipun penelaahan kebutuhan telah dilaksanakan dengan baik, tetapi keengganan pihak-pihak pelaksana sering tidak dapat dihindari. Keengganan pihak-pihak yang terkait dalam implementasi, mungkin dapat diatasi dengan cara mendekati secara pribadi di sekolah, atau minta izin untuk dating ke rumahnya. Dan minta dukungan dan kesempatan mereka, dan hal-hal lain yang diperlukan. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak semudah itu untuk mengadakan dan membina kerja sama. Masalah sosialisasi pada tahap ini ialah masalah mengkomunikasiakan. Ada dua hal yang dapat dilakukan dalam menyiapkan diri untuk mengkomunikasikan. Pertama, dengan menganalisis pengalaman sebelumnya. Kedua, memikirkan bagaimana memulai komunikasi itu. 2. Tahap pelaksanaan bila tahap pertama di atas berhasil, titik tekan tahap ini ialah implementasi distribusi kewajiban dan tugas pihak-pihak dalam struktur keterlibatan mereka. Guru pembimbing mulai melaksanakan satuan layanan dan satuan pendukung sebagaimana direncanakan, dan ia juga perlu melakukan koordinasi dan mengawasi pelaksanaan. Tahap ini ditandai dengan: a. Usaha guru pembimbing dengan kesungguhannya membimbing subjek (siswa) b. Peran serta pihak-pihak pelaksana yang terkait secara sporadis terjadi dan dapat diamati c. Siswa mulai merasa bahwa ia (mereka) mendapat perhatian ciri-ciri di atas diiringi oleh beberapa hambatan dan kesulitan, antara lain kesiapan siswa dan personil pelaksana terutama dari pihak guru mata pelajaran, wali kelas dan seterusnya, begitu memasuki kegiatan belajar mengajar di tahun ajaran yang baru. Ada beberapa jalan keluar untuk menghindari hambatan-hambatan tersebut, yaitu, jika hambatan dan kesulitan tahap ini menyangkut siswa, berusahalah mencari waktu dengan menggunakan peluang objektif dan subjektif serta kerja sama dengan guru mata pelajaran. Ketika kesempatan itu ada dan cukup, ajaklah subjek sasaran (siswa) untuk membahas: a. Rencana arah pelayanan yang ditujukan kepada mereka b. Tegarkan kesungguhannya mengikuti kegiatan c. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan layanan d. Kemungkinan subjek sasaran untuk menyiapkan buku (catatan) harian, dan dengan demikian mereka dapat melihat sendiri kemajuan yang mungkin telah dicapai dalam pelaksanaan layanan e. Kontrak kerja bimbingan sebagai kesepakatan akhir dari pertemuan tersebut pada saat membuat kesepakatan mengenai waktu pelayanan selanjutnya, guru pembimbing dapat memberikan arah lebih lanjut mengenai pentingnya pelayanan yang dilakukan secara berkesinambungan. Ia tidak sekadar mengatakan apa yang perlu dilakukan oleh subjek (siswa), melainkan juga berusaha mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya sehingga timbul hasrat mereka. Ia perlu melakukan persuasi, sehingga wawasan dan perspektif siswa bertambah untuk meningkatkan pemahamannya, untuk mencegah sesuatu sebelum terjadi, dan pengentasan kelemahannya serta perkembangan potensi secara optimal. Bila kesulitan itu sehubungan dengan masalah koordinasi, mungkin perlu lebih banyak berperan dan menyiapkan waktu ekstra untuk menghubungi mereka. Kerja keras tampaknya memang perlu ditekankan. Mungkin dengan menimbulkan kesan untuk sungguh-sungguh dalam bekerja, dapat menarik perhatian mereka. 3. Tahap Pemantapan Guru pembimbing perlu melakukan pemantapan pelaksanaan program, yakni antara lain meliputi pemantapan: a. Pengaturan wakt pelaksanaan b. Kemampuannya untuk merealisasikan program c. Struktur keterlibatan dan distribusi tugas personil d. Kesiapan dan kesungguhan subjek sasaran mengikuti dan melaksanakan layanan e. Pencapaian hasil formatif Sejumlah layanan dan kegiatan pendukung lanjutan dari tahap pelaksanaan memerlukan waktu untuk pemantapan pelaksanaannya. Pengaturan waktu menjadi titik tekan yang perlu dimantapkan pada tahap ini, karena ternyata pencapaian tujuan itu butuh waktu yang cukup. Kemampuannya dalam memberikan layanan juga perlu diamntapkan. Pengalamannya pada tahap pelaksanaan memberikan banyak informasi tentang bagaimana taktik perlu dimantapkan. Hasil-hasil pada tahap sebelumnya dapat memberikan gambaran apa saja yang perlu diubah dan dimantapkan, serta harapannya yang besar untuk mencapai tujuan. Struktur keterlibatan dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab perlu dimantapkan. Guru pembimbing terus mengolah sumber-sumber dan dukungan, strategi dan taktik untuk mencapai tujuan terus diperbaiki dan disesuaikan. Kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas serta pelaksanaan layanan bantuan (tretment) terus dimonitor. Kesungguhannya mengikuti dan melaksanakan isi layanan terus menjadi sasaran pengamatan dan dikendalikan. Buku catatan hariannya didorong untuk terus dibuat, dan sewaktu-waktu guru pembimbing perlu melihat hasil-hasilnya. Untuk semua itu, yang diinginkannya ialah terjadi proses yang sistematis dan kontinyu dalam pembinmbingan siswa. Penilaian dilakukan secara sistematis terhadap proses yang sedang berlangsung, dan sewaktu-waktu tertentu, baik ketika pelayanan itu diberikan maupun saat subjek sasaran melaksanakannya, atau setelah berakhirnya suatu proses. Penanganann efektif lebih menekankan pada penilaian proses. Evaluasi proses dan formatif yang dimaksudkan adalah kegiatan menilai pelaksanaan dan kemajuan yang dicapai. 4. Tahap pencapaian tujuan pencapaian tujuan untuk satu semester atau satu tahun disebut sebagai produk implementasi program. Sebagai produk berarti dia merupakan hasil perantara, yang ditunjukkan untuk mencapai hasil akhir, yang berupa output dan outcome. Untuk memperjelasnya, kita angkat contoh: pada satu tahun pelajaran, kelas II SMU dapat memiliki arah pilihan karier, dari 10% yang memiliki berubah menjadi 70%, yang ditunjukkan dalam penyaluran dan pengembangannya pada atau melalui kegiatan kretif dan produktif, yang dilaporkan melalui catatan (buku) hariannya. Untuk mencapai output seperti itu, tujuan tadi telah terinci pencapaiannya melalui dua semester, sebagaimana telah dicontohkan di atas. Pada semester pertama, misalnya, produk yang diinginkan ialah "siswa dapat menunjukkan bakat dan minat pribadi, yang sebelumnya didahului oleh kemampuan mereka menunjukkan pemahaman tentang kekuatan diri dan penyalurannya dan pengembangannya pada kegiatan kreatif dan produktif, misalnya 70% di antara mereka. Dan pada awal semester kedua produk yang diinginkan ialah 70% dari mereka telah menunjukkan usaha-usaha ke arah penyaluran dan pengembangan bakat dan minat pribadi, meskipun masih bersifat coba-coba. Pada pertengahan semester kedua 70% di antara mereka telah mengungkapkan keputusan tentang arah pilihan karier, dan dapat menyalurkan secara positif pada kegiatan kreatif dan produktif. Dapat dibedakan antara penampilan proses dan pencapaian formatif, pencapaian hasil yang berupa produk implementasi program dalam satu semester dan pencapaian akhir. 5. Tahap tindak lanjut hasil evaluasi dapat digunakan digunakan sebagai bahan tundak lanjut. Ada beberapa kemungkinan hasil dari pencapaian tujuan yang dapat dikategorikan sebagai berikut: a. 90%-100% produk tercapai, program pelayanan dapat dihentikan, dilanjutkan dengan menyiapkan satuan layanan dan satuan pendukung baru untuk memelihara dan meningkatkan hasil-hasil yang dicapai, yakni tujuan-tujuan perantara (produk) baru untuk mencapai tujuan akhir, dan juga satuan layanan dan satuan pendukung lain untuk menangani aspek lainnya, dan dilaksanakan pada semester berikutnya. b. 65%-89% produk tercapai, perlu dianalisis mengapa terjadi demikian, yakni dengan melakukan analisis hasil evaluasi proses, formatif dan sumatif. Tindak lanjutnya adalah program yang sudah mungkin dimodifikasi sedikit dan dimantapkan pelaksanaannya pada semester berikutnya. c. Bila pencapaiannya lebih kecil dari 65%, perlu dikaji ulang prosedur pelayanan, yakni sejak penelaahan kebutuhan, materi layanan, proses penyajian sampai kepada akhir pelaksanaan program. Hasil dari kajian ini digunakan untuk memperbaiki satuan layanan dan satuan pendukung, selanjutnya dilaksanakan pada semester berikutnya. Semua kegiatan tindak lanjut di atas, dimaksudakan sebagai kegiatan merancang dan melaksanakan kembali satuan layanan pada kesempatan berikutnya. Sebenarnya, apabila tahap-tahap implementasi program di atas berlangsung berjalan dengan baik dan telah dilakukan manajemen terhadapnya, pencapaiannya hasil yang kurang dari 65% adalah kecil kemungkinannya, kecuali kalau ada faktor-faktor lain di luar kemampuan guru pembimbing. BAB III SIMPULAN Program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membentu individu dalam mengadakan penyesuaian diri Dalam tahap penyusunan program hendaknya perlu diperhatikan beberapa pertimbangan, di antaranya: 1. penyusunan program hendaknya merumuskan masalah-masalah yang dihadapi oleh: siswa, guru pembimbing, dan kepala sekolah 2. Dalam penyusuna program bimbingan dan penyuluhan hendaknya dirumuskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai dalam menangani berbagai masalah, 3. Dalam penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah hendaknya dirumuskan dan diinventarisasi berbagai fasilitas yang ada Penyusunan variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan meliputi: taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, sekolah menengah tingkat atas dan perguruan tinggi Tahap-Tahap Implementasi Program Bimbingan a. Tahap perkenalan b. Tahap pelaksanaan c. Tahap Pemantapan d. Tahap pencapaian tujuan e. Tahap tindak lanjut DAFTAR PUSTAKA Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Rineka cipta, 1995 Dewa ketut sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional, 1995 Addur Rahman Saleh, Penyelenggaraan Madrasah, Jakarta: Dharma Bhakti, 1979 Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 I Djumhur dan Moh. Surya. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, Bandung, 1975

1 komentar:

  1. Best Casinos in Denver CO - Mapyro
    The 삼척 출장마사지 following casinos in Denver are 동두천 출장샵 in the city: · Boulder Casino (Colorado) · El Cortez Casino (Colorado) · Rocky 부산광역 출장안마 Gap Casino (Colorado) · Fairfield 천안 출장마사지 Inn & Suites Denver 삼척 출장마사지

    BalasHapus